3.1 Pengertian Laporan
Penelitian
Laporan adalah karya
tulis ilmiah yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang setelah
menyelesaikan tugas yang diberikan. Laporan berfungsi sebagai:
1)
alat pertanggungjawaban secara tertulis
2)
alat pendokumentasian data
3)
alat studi banding
4)
alat pengambilan keputusan
5)
melatih berpikir sistematis
.
3.2 Jenis-Jenis Laporan
Formal dan Informal
1) Laporan
Formal
a.
Bagian Pendahuluan
Bagian
pendahuluan terdiri dari:
·
Halaman judul: judul, maksud dan tujuan
penulisan identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, tahun.
·
Halaman pengesahan (jika perlu)
·
Halaman motto/ semboyan (jika perlu)
·
Halaman persembahan (jika perlu)
·
Kata pengantar
·
Daftar isi
·
Daftar tabel (jika ada)
·
Daftar gambar (jika ada)
·
Daftar grafik (jika ada)
·
Abstrak (berisi uraian singkat mengenai
isi laporan)
b.
Bagian Isi
Uraian
singkat tentang bagian ini:
·
Bab I: Pendahuluan
1. Latar
belakang
2. Identifikasi
masalah
3. Pembatasan
masalah/ ruang lingkup penelitian
4. Rumusan
masalah
5. Tujuan
dan manfaat
·
Bab II: Kajian pustaka
·
Bab III: Metode penelitian
·
Bab IV: Pembahasan
·
Bab V: Penutup
c.
Bagian Penutup
·
Daftar pustaka
·
Daftar lampiran
·
Indeks atau daftar istilah
2) Laporan
Informal
a.
Laporan kunjungan, berisi:
·
Judul laporan
·
Tujuan
·
Waktu pelaksanaan
·
Hasil yang diperoleh
b.
Laporan percobaan, berisi:
·
Judul percobaan
·
Pelaksanaan (waktu dan tempat)
·
Urusan kerja
·
Data yang diperoleh
·
Kesimpulan
c.
Laporan diskusi, berisi:
·
Topik
·
Moderator
·
Penyaji
·
Jumlah peserta
·
Masalah yang dibicarakan
·
Pemecahan masalah
·
Kesimpulan
3.3 Unsur-Unsur dalam menyusun Laporan Penelitian
A.
Judul
1. Judul
hendaknya merupakan rumusan mengenai pokok pembicaraan yang dirumuskan dengan
singkat, komprehensif, jelas, dapat dilihat dengan sekilas pandang.
2. Judul
menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak diteli dan tidak membuka peluang
untuk penafsiran yang bermacam-macam.
3. Judul
hendaknya menunjukkan unit analisis yang hendak diteliti agar dengan jelas
pembaca mengereti lingkup obyek penelitian.
4. Jika
perlu, judul dapat dipecah menjadi dua bahkan lebih lebih. Judul sifatnya
singkat, judul kedua merupakan pembahasan khusus, dan jika perlu tambahan judul
ketiga yang menunjukkan jenis penelitian yang dimaksudkan.
Contoh:
Judul
Utama: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Paritsipasi Dalam Koperasi.
Sub
Judul: Studi Korelasi Antara Ciri-Ciri Individu Dengan Tingkat Partisipasi
Dalam Pemanfaatan.
Sub-sub
Judul: Penelitian Survei di KUD Madukoro Kec. Tasikmadu, Kab. Karanganyar,
Prof. Jawa Tengah, Tahun 2011.
B.
Kata Pengantar
1. Dalam
kata pengantar dikemukakan tujuan dari penelitian, dijelaskan mengapa sasaran
peneliitian dipilih.
2. Masalah-masalah
yang mengangkut kemudahan atau kesulitan selama penelitian.
3. Ucapan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan.
4. Ditutup
dengan nama tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan laporan penelitian,
serta tertanda nama penulis.
C.
Daftar Isi
Menunjukkan
isi laporan penelitian.
D.
Daftar Tabel
Menunjukkan
nomor dan judul tabel yang disertai halaman.
E.
Daftar Gambar atau Peta atau Diagram
Menunjukkan
nomor dan judul gambar atau peta atau diagram yang disertai halaman.
F.
Abstrak (Sari Karangan)
Menurut
American National Standars Institute (1979) sari karangan adalah pernyataan
secara singkat tetapi akurat dari isi suatu dokumen, tanpa menambah tafsiran
atau kritik dan tanpa melihat pembuatan sari karangan tersebut.
Sari
karangan informatif merupakan meniatur dari dokumen dengan menampilkan sebanyak
mungkin data kualitatif sehingga pembaca tidak perlu lagi membaca dokumen
aslinya kecuali jika ingin mendalaminya. Sari karangan (abstrak) informatif
dari laporan penelitian biasanya memuat:
1. Tujuan
Tujuan utama dan
jangkauan studi atau alasan mengapa dokumentersebut ditulis perlu dikemukakan
kecuali jika sudah jelas dari judul dokumen.
2. Metodologi
Perlu diuraikan secara
ringkas cara kerja untuk mencapai tujuan penelitian. Gambarkan secara umum
teknis serta pendekatannya, namun untuk teknik baru perlu diuraikan secara
jelas. Prinsip metodologi dasar, jangkauan operasi serta cara memperoleh data
secaara tepat perlu dijelaskan. Untuk dokumen yang ditulis tanpa penelitian
perlu dikemukakan sumber data dan cara pengumppulan data.
3. Hasil
Menggambarkan penemuan
sesingkat dan seinformatif mungkin. Penemuan tersebut dapat berupa hasi
penelitian atau teoritis, kumpulan data, atau hubungan dan korelasi yang
dicatata, pengaruh yang diteliti, dan lain sebgainya.
4. Kesimpulan
Menggambarkan kesimpulan
dan hasi, khususnya yang barkaitan dengan tujuan penelitian atau tuuan
penulisan dokumen, walaupun kadang-kadang sulit membedakan antara hasil dan
kesimpulan. Kesimpulan dan hasil dapat digabunga bersama untuk meringkas.
Kesimpulan dapat diiluti rekomendasi, saran, hipotesa yang diterima atau tidak.
3.4 Contoh Laporan Penelitian
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamien,
puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan waktu, kemudahan dan
petunjuk kepada tim peneliti, sehingga penulisan Laporan penelitian dengan
judul “Penyimpangan
yang terjadi di SMA N 3 Tegal” ini dapat terselesaikan.
Serta salam semoga selalu
kita kirimkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga mudah-mudahan
kita mendapat syafaat beliau dihari akhir kelak, Amien.
Dalam proses sampai
dengan tersusunnya laporan penelitian ini, tim peneliti telah memperoleh
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dengan segala
kerendahan hati tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
Tatang Aryanto, selaku pembimbing mata pelajaran sosiologi dan motivator kami.
2. Pihak-pihak
dari dewan pembimbing SMA N 3 Tegal yang telah membantu kami memberikan
informasi dalam penelitian ini.
3. Rekan
rekan semua di kelas X Ilmu Sosial 4.
4. Pihak-pihak
lain yang telah membantu hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
5. Secara
khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikanlaporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Tegal, Mei
2014
Penyusunn
DAFTAR ISI
Judul / Cover ..................................................................................... 1
Kata
pengantar................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................. 4
BAB II
KAJIAN TEORI ..................................................................................... 6
BAB III
METODOLOGI .................................................................................. 11
BAB IV
PEMBAHASAN .................................................................................. 14
ANALISI ............................................................................................ 21
BAB IV
KESIMPULAN.................................................................................... 24
SARAN.............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada dasarnya banyak
sekali perilaku menyimpang terjadi di sekitar kita, apalagi di masyarakat dan
lingkungannya, sampai mengakibatkan sebuah atau banyak masalah karena
penyimpangan yang mereka buat. Banyak sekali kejadian-kejadian penyimpangan
social yang sering kita lihat.
Beberapa contoh
penyimpangan sosisal yang terjadi di masyarakat yaitu perampokan, pencurian,
tawuran, pelecehan seksual dan dan banyak lagi yang sering kita dengar di media
lain
Penyimpangan yang terjadi
ketika di teliti juga pasti bermacam-macam penyebebnya, entah itu masuk akal
maupun hanya di buat-buat. Diamati sekali tahun demi tahun banyak sekali
penyimpangan sosial baru yang terjadi di masyarakat, lingkungan keluarga,
lingkungan bermain, bahkan di sekolah-sekolah menengah atas, di beberapa kota
juga sering diberitakan adanya penyimpangan sosial
Seperti halnya sekolah
menengah atas lainnya, di SMA N 3 TEGAL juga banyak sekali siswa-siswi yang
melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang, mungkin saja itu terjadi karena
linkungan di luar sekolah yang kurang baik
Banyak sekali siswa yang
membolos, terlambat datang ke sekolah, merokok diam-diam di kamar mandi pada
saat jam istirahat maupun jam pelajaran berlangsung, berkelahi dengan teman
sepermainan entah itu dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah,
berpakaian tidak rapih, rambut berantakan dan lainnya. Bagi beberapa siswa
mungkin menganggap sekolah hanya sebagai tittle. Itu semua
merupakan beberapa contoh penyimpangan yang terjadi di SMAN 3 TEGAL.
B. Identifikasi
Masalah
1. Di
masyarakat banyak sekali penyimpangan sosial yang terjadi
2. Di
SMAN 3 TEGAL juga banyak sekali siswa yang melanggar peraturan
3. Masih
banyak sekali siswa yang membolos, dating terlambat, bergaul bebas, dan merokok
di lingkungan sekolah
4. Banyak
juga yang akhirnya mengakibatkan suatu masalah untuk merekabaik di dalam maupun
diluar sekolah
C. Rumusan
Masalah
1. Apa
bentuk perilaku menyimpang siswa SMAN 3 TEGAL di lingkungan sekolah ?
2. Apa
faktor yang menyebkan terjadinya perilaku menyimpang ?
D. Tujuan
Penelitian
1. Mengetahui
bentuk perilaku menyimpang di SMAN 3 TEGAL
2. Mengetahui
faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang yang di lakuakan oleh
siswa-siswi di SMAN 3 TEGAL
E. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
bagi peneliti
- Menambah
wawasan
- Melatih
cara berfikir secara ilmiah
2. Manfaat
bagi sekolah
- Sebagai
bahan represi masukan untuk peraturan yang lebih baik
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KERJA PIKIR
A. Kajian
Teori
· Pengertian Penyimpangan Sosial
Perilaku penyimpangan (deviasi sosial) sebagai suatu bentuk
perilaku yang tidak sesuai, melanggar, atau menyimpang dari nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga perilaku menyimpang
dapat terjadi di mana saja, baik di keluarga maupun di masyarakat. Dengan perkataan lain,
penyimpangan sosial (deviasi sosial) adalah semua tindakan yang tidak berhasil
menyesuaikan diri (comformity) terhadap kehendak masyarakat.
· Teori-teori
Penyimpangan Sosial
Teori Differential Association. Teori ini mengatakan bahwa penyimpangan
sosial bersumber pada pergaulan yang berbeda dan terjadi melalui proses alih
budaya.
Teori Labeling. Pandangan teori ini, seseorang melakukan perilaku menyimpang
karena proses Labeling, pemberian julukan, cap, etiket dan merek yang diberikan
masyarakat secara menyimpang sehingga menyebabkan seseorang melakukan
penyimpangan sosial sesuai dengan label yang diberikan.
Teori Merton (R. Merton). Teori penyimpangan ini bersumber dari struktur sosial sehingga
terjadinya perilaku menyimpang itu sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi
tertentu.
Teori Fungsi (Durkheim). Bahwa kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin
terjadi karena setiap orang berbeda satu sama lainnya tergantung faktor
keturunan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Menurut Durkheim kejahatan
itu perlu, agar moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.
Teori konflik (Karl Marx). Menurut teori ini mengatakan bahwa perilaku menyimpang hanya
dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi,
karena ada kelas atas yang selalu menindas kelas bawah akan menimbulkan
pertentangan dan menjadikan tindakan menyimpang.
B. Faktor-faktor
penyimpangan sosial
Tidak dipungkiri bahwa setiap tindakan manusia ada sebabnya,
atau sering dikatakan hokum sebab-akibat, begitu juga dengan perilaku
menyimpang. Perilaku menyimpang disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
· Pertentangan
antara norma kelompok dengan norma masyarakat
· Tidak
mempunyai seseorang sebagai panutan dalam memahami dan meresapi tata nilai atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
· Pengaruh
lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik.
· Pertentangan
antar agen sosialisasi
· Pengaruh
fisik dan jiwa seseorang.
· Proses
bersosialisasi yang negatif.
· Ketidakadilan.
C. Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial
Penyimpangan dalam masyarakat sering terjadi dan memiliki
bentuk-bentuk tersendiri seperti penyimpangan yang dilakukan oleh individu,
kelompok, campuran. Penyimpangan tersebut ada yang bisa diterima, ada pula yang
tidak diterima oleh masyarakat karena ada penyimpangan yang dianggap positif
oleh masyarakat. lebih lanjut, berikut bentuk penyimpangan dalam masyarakat:
·
Berdasarkan kadar
penyimpangan.
Menurut Lemert (1951), Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:
1. Penyimpangan
Primer (Primary Deviation). Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan
tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini
bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: menunggak iuran listrik,
telepon, melanggar rambu-rambu lalu lintas dll.
2. Penyimpangan
Sekunder (secondary deviation) Penyimpangan yang berupa perbuatan yang
dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang.
Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan
pengulangan dari penyimpangan sebelumnya. Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir
oleh masyarakat. Penyimpangan jenis ini sangat merugikan orang lain, sehingga
pelakunya dapat dikenai sanksi hukum atau pidana. Contohnya: pemabuk, pengguna
obat-obatan terlarang, pemerkosaan, pelacuran, pembunuhan, perampokan,
perjudian.
·
Berdasarkan pelaku
penyimpangan
1. Penyimpangan
individu (individual deviation). Penyimpangan jenis ini dilakukan secara
perorangan tanpa campur tangan orang lain dan berupa pelanggaran terhadap
norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. contohnya: tidak patuh pada
perintah orang tua (Pembandel), tidak taat pada orang berwenang seperti RW atau
guru (pembangkang), menerobos lampu merah (pelanggar), pencopet di pasar
(perusuh atau penjahat).
2. Penyimpangan
kelompok (individual deviation). Penyimpangan yang dilakukan secara
bersama-sama atau secara berkelompok dengan melanggar norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat
pengaruh pergaulan/teman. penyimpangan kelompok biasanya lebih sulit
dikendalikan karena mereka patuh pada aturan kelompoknya dan fanatik sehingga
lebih berbahaya dari penyimpangan individu. contohnya: tawuran pelajar,
kenakalan remaja, penyimpangan kebudayaan, pemberontakan, perkelahian antar
suku, agama, dan antar geng.
3. Penyimpangan
campuran (mixture of both deviation) Penyimpangan ini diawali oleh individu,
selanjutnya memengaruhi orang lain agar ikut dalam penyimpangan. Dalam hal ini,
orang yang terpengaruh akan mengikuti jejak para propokatornya. contohnya:
demonstrasi damai berubah menjadi anarkis ketika salah satu demonstran
melakukan penyimpangan, pemalsuan uang, dan pengedaran narkoba.
·
Berdasarkan sifat
penyimpangan
1. Penyimpangan
positif. Penyimpangan atau perilaku yang melanggar atau tidak sesuai dengan
nilai dan norma dalam masyarakat, tetapi memiliki dampak positif bagi dirinya
atau masyarakat karena memberikan unsur kreatif dan inovatif. contohnya: dahulu
istri (perempuan) tidak boleh kerja di luar atau mengerjakan pekerjaan lelaki
seperti jadi sopir taksi, akan tetapi karena suami (laki-laki) tidak mampu lagi
bekerja sehingga istri lah yang bekerja.
2. Penyimpangan
negatif. Penyimpangan ini bersifat negatif karena tindakannya cenderung merugikan
dirinya, masyarakat, menghancurkan barang atau benda, bahkan menimbulkan
korban. contohnya: korupsi, pencurian, demonstrasi anarkis, dan pembunuhan.
D. Beberapa penyimpangan sosial
dalam masyarakat
Nilai dan norma dibuat masyarakat untuk mengatur kehidupannya
yang tertib dan tentram. Tapi tak jarang nilai dan norma tersebut dilanggar
seseorang dan ini lah yang dinamakan tindakan menyimpang atau penyimpangan
sosial. Dalam masyarakat terdapat beberapa pelanggaran terhadap nilai dan norma
yaitu sebagai berikut:
1. Penyalahgunaan
narkotika a) Heroin b) Ganja c) Ekstasi d) Shabu-shabu
2. Kenakalan
remaja a) Bolos sekolah b) Tawuran c) Ugal-ugalan di jalan raya
3. Minuman
keras (alkoholisme)
4. Pelacuran
5. Penyimpangan
seksual a) Lesbian dan homoseksual b) Sodomi c) Perzinahan (sek diluar nikah)
d) Kumpul kebo
6. Tindakan
kejahatan a) Pembunuhan b) Pencurian c) Perampokan d) Pemerkosaan
7. Gaya
hidup a) Sikap arogansi b) Sikap eksentrik (sikap yang aneh dari lainnya
seperti anak funk)
E. Dampak Penyimpangan
Sosial
Setelah dilakukan perilaku menyimpang akan bedampak pada pelaku
penyimpangan dan juga bagi masyarakat sekitarnya. Berikut dampak dari
penyimpangan sosial:
· Dampak
terhadap diri sendiri
1. Dikucilkan
masyarakat atau mencelakakan dirinya sendiri
2. Terganggunya
perkembangan jiwa
3. Dapat
mengahncurkan masa depan
4. Dapat
menjauhkan diri pada tuhan
· Dampak
terhadap masyarakat
1. Terganggunya
keseimbangan sosial
2. Pudarnya
nilai dan norma
3. Merusak
unsur-unsur budaya
4. Kriminalitas
· Dampak
positif
1. Menumbuhkan
kesatuan masyarakat
2. Memperkokoh
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat
3. Memperjelas
batas moral
4. Mendorong
terjadinya perubahan social
F. Upaya Pencegahan
dan Mengatasi Penyimpangan social
Banyak upaya yang mampu mencegah, mengantisivasi, dan mengatasi
penyimpangan sosial dalam masyarakat. Berikut ini upaya pencegahan dan
mengatasi penyimpangan sosial:
· Penanaman
nilai dan norma terhadap anak
· Penanaman
nilai-nilai ketuhanan
· Pelaksanaan
peraturan tidak memihak dan tegas
· Pembentukan
kepribadian yang kuat
· Melaksanakan
penyuluhan-penyuluhan dan rehabilitasi
· Mengembangkan
kegiatan-kegiatan positif
· Mengembangkan
kerukunan antar warga masyarakat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah yaitu di SMA N 3 TEGAL.
B. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada:
- Februari sampai maret proses pembuatan
rancangan penelitian .
- Maret sampai April proses dilakukannya
penelitian.
- Mei proses pembuatan laporan
penelitian.
C. Bentuk
Penelitian
- Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang melukiskan dan melaporkan suatu keadaan, objek atau
peristiwa secara apa adanya berupa fakta
- Penelitian
Inferensial yaitu penelitian yang mampu menarik kesimpulan umum atas masalah
yang sedang diteliti
D. Sumber
Data
- Tempat, yaitu tempat di laksanakannya aktifitas
penelitian
- Aktifitas, kegiatan melakukan penelitian
- Informan, objek tempat mememperoleh data
- Dokumen, sumber data yang di peroleh dari
subjek/objek lain
E. Teknik
Pengumpulan Data
- Observasi dengan meneliti kegiatan penyimpangan
yang terjadi di lingkungan sekolah.
- Wawancara, dengan mewawancarai untuk mencari
kesimpulan data yang diperoleh dari Guru BK dan Waka Kesiswaan.
F. Teknik
Cuplikan/Pengambilan Sampling
- Simple
random sampling (Sampling acak sederhana) : Pengambilan sampel dengan memberi
kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu dalam keseluruhan siswa.
- Sampling
Purposif (Puposive sampling) : Tekhnik penentuan untuk tujuan tertentu saja .
Tekhnik ini dibutuhkan untuk mengurangi
penyimpangan sosial di wilayah sekolah oleh bantuan Guru BK / Waka
kesiswaan.
G. Validitas
Data
Data-data yang diperoleh dari
lapangan perlu divalidkan, dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik informant
review atau umpan balik dari informan. Selain itu digunakan pula
teknik triangulasi. Penggunaan teknik triangulasi merupakan strategi
untuk mengurangi bias sistematik dalam data. Masing-masing strategi melibatkan
pengecekan temuan-temuan terhadap sumber lain. Sehingga triangulasi sebagai
proses evaluasi dapat menjaga tuduhan bahwa temuan-temuan penelitian itu
menggunakan alat sederhana baik metode, sumber, maupun bias penelitian.
Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, triangulasi metode,
triangulasi teori.[1]Triangulasi
sumber, yakni mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dalam hal ini, untuk memperoleh data tentang trilogi kepemimpinan Tamansiswa,
dikumpulkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong sosiologi, dan
guru mata pelajaran yang lain. Triangulasi metode, yakni mengumpulkan data
sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda yang
dalam hal ini untuk mendapatkan data digunakan beberapa sumber dari hasil
wawancara dan observasi. Triangulasi teori untuk menginterpretasikan data yang
sejenis, misalnya pelaksanaan sistem among, implementasi
trilogi kepemimpinan Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa,
Tutwuri handayani dalam proses pembelajaran.
H.Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif[2].
Dalam model analisis ini, tiga komponen analisanya yaitu reduksi data, sajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat
diuraikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul di lapangan. Dalam
pengumpulan data model ini, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian
data sampai penyusunan kesimpulan. Artinya data yang didapat dilapangan
kemudian disusun pemahaman arti di segala peristiwa yang disebut
reduksi data. Reduksi
data dan sajian data ini disusun pada saat peneliti mendapatkan unit data yang
diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga kesimpulan
data finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian
Data
Penyajian data merupakan
alur penting yang kedua dari analisis interaktif. Suatu penyajian, merupakan
kumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan
setelah data telah mengalami proses reduksi data dan diikuti penyusunan data
yang berupa cerita yang sistematis. Data yang sudah tersusun secara
sistematis, data siap untuk disajikan dan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari
proses penelitian.
3. Verifikasi/Penarikan
Kesimpulan
Analisis yang ketiga yang
penting adalah menarik kesimpulan atau verifikasi.Pengumpulan data terakhir
peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan menarik verifikasi
berdasarkan reduksi data dan sajian data.Kesimpilan yang diambil penelitian
harus memberikan kesimpulan secara longgar, terbuka dan skeptis[3].
Jika permasalahan yang diteliti belum terjawab dan atau belum lengkap, maka
peneliti harus melengkapi kekurangan tersebut di lapangan terlebih dahulu.
Reduksi data, penyajian
data sampai penyajian data aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif
dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang
dan terus menerus hingga membentuk sebuah siklus. Dalam proses ini aktivitas
peneliti bergerak di
Verifikasi/
Penarikan Kesimpulan
|
antara komponen analisis dengan
pengumpulan data selama proses ini masih berlangsung. Selanjutnya peneliti
hanya bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut. Secara skematis proses
analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Model Analisis Milles dan
Hubberman
Hari/Tanggal
|
Nilai
|
Paraf Guru
|
Komentar balikan
|
³Patton, Michael Quinn,Qualitative Evaluation
Methods.
London. Sage,
1983, hlm. 24
17Miles. N.B. and
Hubermen. Qualitative Data Analisis; A Saurcebook of New Method.
Beverly Hills CA Sage Publication, 1984, hlm. 23.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. PEMBAHASAN
1. Profil
Sekolah
Visi : membentuk
generasi penerus bangsa yang disiplin, terampil, beriman dan bertakwa
Misi :
1. Menumbuhkan
kedisplinan segenap warga sekolah, baik siswa, guru, karyawan, dan pemimpin
sekolah
2. Mengembangkan
pelajaran bebasis TIK dan menerapkan keunggulan lokal sehingga setiap siswa
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
3. Mengembangkan
kegiatan ekstrakulikuler untuk memberi bekal ketrampilan dan pembentukan watak
pribadi yang mandira dan bermutu
4. Menumbuhkan
suasana sekolah yang religius dengan cara menempatkan nilai-nilai agama sebagai
sumber kearifan dalam bertindak
5. Mengembangkan
lingkungan sekolah yang bersih, aman, trtib, dan asri
2. Penguraian
Penyimpangan
· Penjelasan
Sederhana
Perilaku menyimpang terjadi karena
berlangsungnya proses sosialisasi yang tidak
Sempurna dan adanya subkebudayaan penyimpangan sosial. Kedua
sebab tersebut bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. Berklangsungnya
proses sosialisasi yang tidak sempurna. Artinya apa yang diajarkan dalam
keluarga dan sekolah berbeda dengan apa yang dilihat dan dialami seseorang
dalam kehidupan nyata jujur, namun dalam masyarakat ternyata begitu banyak
orang berbuat tidak jujur.
2. Adanya
subkebudayaan penyimpanhan sosial. Artinya, seseorang tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan budaya yang diwarnai oleh subbudaya penyimpangan sosial.
Misalnya, seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
keluarga/masyarakat preman , potensial melakukan tindakan – tindakan
premanisme.
· Penjelasan
Berdasarkan Teori – teori tentang Gejala Perilaku Menyimpang
Teori Biologis
Teori ini pertama kali dikemukakan pada
tahun 1876 oleh caesare Lombroso (1835 – 1909). Ia adalah
seorang dokter berkebangsaan italia yang berbagai penjara. Lombroso menyatakan,
bahwa pelaku kejahatan pada umumnya memiliki ciri – ciri fisik yang berbeda
bila dibandingkan dengan orang kebanyakan.
Menurut Lombroso, poara poelaku kejahatan
umumnya memiliki cirri fisik : raut muka murung /sedih, rahang dan tulang pipi
menonjol, daun telinga menonjol keluar, bulu – bulu yang berlebihan, dan jari –
jari yang luar biasa bisa panjang, sehingga membuat mereka menyerupai
nenek moyang manusia (kera). Namun, menurut Charles Buckman Goring , ada
kelamahan dalam pendapat Lombroso, yaitu hanya didasarkan pada penelitian
dengan sampel yang sangat terbatas.
Lebih lanjut, menurut William
Sheldon struktur tubuh berpredeksi kriminalitas. Ia telah
meneliti ratusan oranh berdasarkan tipe tubuh dan penelusuran sejarah
kriminalitasnya. Berdasarkan penilitian itu dapat disimpulkan bahwa perilaku
menyimpang umumnya terjadi pada orang yang berotot dan memiliki tubuh
atletis.
Kesimpulan tersebut dikuatkan oleh
penelitian Sheldon Glueck dan Eleanor Glueck. Tetapi
mereka mengingatkan bahwa tubuh yang kekaritu umumnya merupakan akibat
perlakuan/latihan dari orang tua dengan cara yang sangat rendah kerpada orang
lain dan memiliki perilaku agresif.
Berbagai penelitian genetis dan
sosiobiologi mutakhir terus mencoba mencari kaitan yang masuk akal antara
kondisi biologis dan kejahatan. Namun, belum ada temuan yang rinci dan
meyakinkan, yang mermbuktikan kaitan antara kondisi biologis dan kejahatan.
Hanya, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor biologis bisa menyebabkan orang
melakukan tindakan kejahatan.
Teori labeling
Menurut Howard S. Becker tindakan
perilaku menyimpang sesungguhnya tidak ada. Setiap tindakan
sebenarnya bersifat “netral” dan “relative”. Artinya, makna tindakan itu
relatif tergantung pada sudut pandang orang yang menilainya. Sebuah tindakan
disebut perilaku menyimpang karena orang lain/masytarakat memaknai dan
menamainya (labeling) sebagai perilaku menyimpang. Jika orang/ masyarakat tidak
menyebut sebuah tindakan sebagai perilaku menyimpang, maka perilaku menyimpang
itu tidak ada. Penyebutan sebuah tindakan parilaku menyimpang sangat bergantung
pada proses deteksi, definisi, dan tanggapan seseorang terhadap sebuah
tindakan.
Sebagai contoh, sekolompok masyarakat
disebuah desa difilipina melakukan tindakan sabung ayam sebagian penduduk
Filipina tindakan itu ternyata merupakan ritual penting untuk menghayati
kehidupan yang jujur. Jadi, proses deteksi, definisi, dan tanggapan seseorang
terhadap tindakan sabung ayam akan sangat menentukan penamaan (labeling)
tindakan itu, apakah tindakan itu akan disebut perilaku menyimpang ataukah
kegiatan ritual.
Bagi Erving Goffman, perilaku
menyimpang terjadi karena adanya stigma. Adalah penamaan yang
sangat negatif kepada seseorang /kelompok sehingga mampu mengubah secara
radikal konsep diri dan identitas social mereka. Adanya stigma akan membuat
seseorang atau sebuah kelompok negatif dan diabaikan, sehingga mereka
disisihkan secara sosial.
Lebih lanjut, menurut Harold
Garfinkel ada kalanya masyarakat secara formal melakukan stigmatisasi melalui
tata cara penghinaan (dengan – dation ceremony) .Stigmatisasi ini menjadi orang
sakit secara mental (mental illness). Akibat selanjutnya, mereka terus menerus
melakukan perilaku menyimpang.
Contoh, stigmatisasi yang pada umumnya
dilakukan oleh masyrakat terhadap mantan nara pidana. Masyarakat umumnya
menganggap mereka tak bisa menjadi orang baik – baik. Karena itu, umumnya
mereka padahal, demikian menurut Thomas Szasz,sesungguhnya para
nara pidana itu tidak mengalami sakit mental kalau mereka tidak dikenai
stigmatisasi. Sebab, pada dasarnya sakit mental hanyalah sebuah mitos. Tetapi,
stigmatisasi telah membuat mereka percaya pada mitos itu. Maka, disini
berlaku dalil Thomas szasz, yang menyatakan:” situasi yang
dianggap nyata akan benar- benar menjadi nyata” (situations defined as real
become real in their consequences).
Teori sosialisasi
Pandangan dasar teori ini adalah bahwa
penyimpangan sosial merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang
sempurna atau gagal
Menurut Alberet Bandura dan Richard
H.Walters misalnya, Anak-anak belajar prilaku menyimpang
dengan mengamati dan meniru orang lain yang memiliki prilaku menyimpang. Khusus
nya,mereka mengamati dan meniru orang yang dekat dengannya.
Selanjutnya, menurut Deborah M.
Capaldi dan Gerald M.peterson, Anak-anak yang agresif
umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras atau agresif.
Akibatnya, anak kehilangan teladan pngendalian diri dan mungkin menanggapi
hukuman dengan meningkatkan agresif. Intinya, perilaku menyimpang di hasilkan
oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara itu, menurut Mark S.
Gaylord dan john F. galliher serta Edwin Sutherland, orang
yang memiliki perilaku menyimpang cenderung memiliki ikatan dengan orang
lain yang memiliki perilaku menyimpang, dimana orang tersebut mengokohkan
Norma-norma dan nilai –nilai yang menyimpang. Perinsipnya, setiap kelompok
sosial akan mewariskan nilai-nilai dan Norma-norma kelompoknya kepada anggota
–anggota baru.
Kaum mudah pada umumnya sangat terbuka
terhadap norma, perilaku, Dan Nilai-nilai yang berasal dari subkultur berbeda,
termasuk subkultur perilku menyimpang. Karna itu,menurut Ronald
R.Akers perilaku Teman –teman dekat merupakan sarana yang paling
baik untuk memprediksi apakah perilaku seorang anak mudah sesuai dengan norma
yang berlaku ataukah perilaku menyimpang
Teori keterangan
Teori ketegangan ( strain theory)
dikemukakan oleh Robert K.Merton. Ia menyatakan bahwa perilaku
menyimpang ditentukan oleh seberapa baik sebuah masyarakat mampu menciptakan
keselarasan antara aspirasi warga masyarakat (missal, pekerjaan). Jika tidak
keselarasan antara anspirasi-anspirasi warga masyarakat dengan ncara-cara legal
yang ada, maka akan lahir perilaku menyimpang.
Jadi, perilaku menyimpang merupakan akibat
dari adanya ketegangan antara anspirasi apa yang dianggap
bernilai oleh warga masyarakat dan cara pencapaian anspirasi yang dianggap sah
oleh masyarakat.
Terkait dengan perilaku menyimpang, merton
memetakan adanya lima kemungkinan sikap seorang terhadap norma yang ada. Kelima
kemungkinan sikap itu adalah : Konformitas (conformity), inovasi
(innovation),ritualisme (ritualism),retreatisme (rewtreatism), dan pemberontakan
(rebellion).
Konformitas adalah kesediaan
seseorang untuk menyesiaikan diri dengan norma yang ada dalam mewujudkan
anspirasi/apa yang dianggap bernilai oleh masyarakat. Contoh, masyarakat
menganggap bahwa kesuksesan hidup dicapai melalui kesuksesan materi. Karena
itu, seorang yang ingin sukses berusaha mencapai kekayaan materi dengan bekerja
keras mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya.
Namun, tidak semua orang memiliki talenta
memadai untuk mencapai hidup sukses. Seseorang yang dilahirkan dalam keluarga
yang sangat miskin misalnya, merasa tidak mungkin meraih sukses dengan
mengikuti norma yang ada. Karena itu, ia mungkin akan berusaha meraih
kesuksesan hidup dengan menempuh perilaku menyimpang, misalnya menjadi pengedar
narkoba. Merton menyebut hal ini sebagai inovasi, yaitu upaya untuk
mewujudkan aspirasi/apa yang dianggap bernilai dengan cara-cara tidak biasa
/non –konvensional.
Sementara itu, ada pula warga masyarakat
yang merasa memiliki hambatan untuk meraih kesuksesan hidup dengan cara yang
sesuai dengan norma yang ada. Namun, ia tak bersedia untuk melanggar norma demi
mewujudkan aspirasinya.Ia bersedia mengorbankan aspirasinya demi
ketaatan kepada norma yang ada. Warga yang demikian, oleh Merton disebut
bersikap litualisme.Menurut merton, hal ini sering terjadi
dikalangan birokrat rendahan.
Disisi lain adapula warga masyarakat yang
merasa memiliki hambatan untuk meraih kesuksesan hidup dengan cara yang sesuai
dengan norma yang ada. Ia juga tak bersedia untuk melanggar norma demi mewujudka
aspirasinya. Namun, ia bersikap menolak aspirasi/apa yang dianggap
bernilai norma yang ada dengan “menarik diri” dari masyarakat dengan
berperilaku apatis terhadap keadaan atau melarikan diri dalam kebiasaan
mengkonsumsi minuman keras dan perilaku menyimpang lainnya. Warga yang
bersikap demikian, oleh Merton disebut retreatisme.
Bentuk perilaku menyimpang yang keempat
disebut pemberontakan. Seperti retreatisme ,pemberontakan
menolak pandangan masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai dan juga norma-norma
yang berlaku untuk mewujudkannya. Namun, Ia bukannya menarik diri dari
masyarakat dan budaya yang berlaku, melainkan berusaha secara radikal
untuk menggantikan nilai dan norma yang ada dengan nilai dan norma yang
sama sekali baru. Pemberontakan politik atau keagamaan umumnya termasuk
kategori ini.
Teori Diforganisasi Sosial
Komsep tentang disorganisasi sosial di
dasarkan pada karya wilyam l. Thomas dan florian
znaneicki serta karya Clifford Shaw dan henry McKay. Istilah
di sorganisasikan sosail mengacu pada penjelasan mengenai
perilaku menyimpang dan kondisi masyarakat yang menyebabkannya.
Menurut teori ini perilaku menyimpang
merupakan produk dari perkembangan masyarakat yang tak seimbang. Di dalam
terjadi perubahan dan konflik yang berdampak pada prilaku masrayakat.
Teori ini menekankan bahwa masyarakat
teorganisasi bila anggota masyarakat membangun kesepakatan mengenai nilai dan
norma funda mental sebangai dasar tindakan bersama. Organisasi sosial atau
sosial terwujud ketika ada ikatan yang kuat di antara Indifudu-indufidu. Dan
lembaga-lembaga dalam masyarakat. Ikatan ini mengikuti ke sepakatan luas
mengenai tujuan yang di hargai dan di perjuangkan . Dengan demikian, di
sorganisasi sosial adalah kekacauan sosial .
Teori di sorganisasi sosial percaya , bahwa
di sorganisasi sosial terjadi di sebagian besar kehidupan kota. Masyarakat kota
di jadikan laboratorium studi mengenai prilaku menyimpang dan kejahatan
penganut teori ini memusat penelitian pada di sorganisasi di wilaya lokal,
Tempat-tempat kumuh atau pusat kota yang banyak terjadi kejahatan trostitusi,
Bunih diri, dan berbangai bentuk, prilaku menyimpang lainnya.
Dalam pandangan teori ini , pola lingkungan
kehidupan kota melahirkan disorganisasi sosial, yang mengakibatkan terjadinya
prilaku menyimpang dan kejahatan.
Teori anomi
Emile Durkheim,sosiolog
dari prancis, memperkenalkan pada anomi (anomie) dalam
karyanya yang terkenal The tahun 1893. Ia menggunakan konsep anomi untuk
mendeskripsikan kondisi tanpa norma yang terjadi dalam masyarakat. Anomi
berarti runtuhnya norma mengenai bagaimana masyarakat seharusnya bersikap
terhadap yang lain. Masyarakat tidak tahu lagi apa yang bisa diharapkan dari
orang lain. Kondsi itu, menurut Durkheim, akan melahirkan perilaku menyimpang.
Pada tahun 1897, Durkheim menggunakan
kembali istilah anomi dalam penelitiannya mengenai bunuh diri (suicide) , yang
mengacu pada kondisi tanpa norma moral. Disini Durkheim tertarik dengan dampak
Teori Konflik
Menurut teori ini, perilaku menyimpang
merupakan akibat dari ketidaksamaan dalam masyarakat. Teori ini menekankan
bahwa seseorang atau perbuatan yang disebut perilaku menyimpang tergantung pada
kekuasaan relative dari kelompok masyarakat.
Alexander Liazos (1972)
mencatat bahwa konsep umum mengenai perilaku menyimpang misalnya orang gila,
pelacur, gelandangan menunjuk pada masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan. Mereka
diberi stigma sebagai pelaku perilaku menyimpang.
Menurut teori konflik, gejala perilaku
menyimpang terkait dengan praktik kekuasaan yang tidak adil. Hal itu tampak
dalam ketiga hal berikut.
ü Norma-norma khususnya norma
hukum dari setiap masyarakat pada umumnya menguntungkan mereka yang kaya dan
berkuasa.Karl Marx mengatakan bahwa hukum (bersama dengan
lembaga sosial yang lain) cenderung mendukung kepentingan kaum kaya. Senada
dengan Marx, Richard Quinney menyatakan bahwa keadilan
kapitalis dilakukan oleh kelas kapitalis, untuk melawan kelas buruh.
ü Jika perilaku kaum kaya dan
berkuasa dipersoalkan, mereka memiliki berbagai sarana untuk menolak sebutan
sebagai pelaku perilaku menyimpang. Berbagai kasus hukum di
Indonesia dengan sangat jelas menunjukkan hal ini. Seorang tukang becak yang
baru pertama kali mencuri uang Rp. 5.000,00 akan segera dipukuli massa dan
dianggap sebagai pencuri. Sementara itu pelaku korupsi milyaran bisa melenggang
dengan gembira.
ü Norma-norma dan hukum
merupakan topeng yang sangat baik untuk menutupi berbagai perilaku curang kaum
kaya dan berkuasa. Banyak orang mengutuk penerapan hokum yang sering
tidak sama. Namun, mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya aturan hukum
itu sendiri tidak adil. Karena itu, aturan hukum sering kali merupakan topeng
bagi kejahatan yang dilakukan oleh mereka yang kaya dan berkuasa.
B. ANALISIS
1. Faktor
yang menyebabkan Perilaku Menyimpang
· Perbedaan
status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok
mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah pencurian dan
saling ejek.
· Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan kedalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan
perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di
sekitarnya.
· Sikap
mental yang tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau
menyesali perilakunya yang dianggap menyimpang.
· Kriminolog
Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran
rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas,
tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang
abnormal.
· Proses
belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena
seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu
dapat membuat seseorang ingin meniru tokoh yang ada di tayangan tersebut
walaupun itu adalah termasuk perilaku menyimpang.
· Penyimpangan
karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah
suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya
yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang
dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib
masyarakat.
· Lingkungan
pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang.
Biasanya orang akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya
walaupun itu sudah termasuk perilaku menyimpang.
· Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.
· Banyaknya
pemuda yang putus sekolah menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mencari kerja.
Akibatnya mereka harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang walaupun
itu termasuk perilaku menyimpang seperti mengemis atau mencuri.
· Ikatan
sosial yang berlainan. Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa
kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan
cenderung membuatnya mengidentifikasi diri dengan kelompokyang paling
dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh pola-pola sikap dari
perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut menyimpang maka kemungkinan
besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
· Ketidakharmonisan
keluarga memicu stres terutama pada anak remaja. Mereka menjadi semakin labil
karena tidak mendapat perhatian dari orangtuanya.
· Mencari
perhatian juga menjadi sebab terjadinya perilaku menyimpang. Kemungkinan itu
disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orangtua dan gurunya sehingga dia
selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain walaupun itu
menyimpang.
· Dorongan
ekonomi biasanya menjadi faktor utama untuk melakukan suatu perilaku
menyimpang. Contoh adalah seperti orang yang mencuri karena terdesak dengan
kebutuhan pokoknya yang tidak terpenuhi.
· Kegagalan
dalam proses sosialisasi. Keluarga inti maupun keluarga luas bertanggung jawab
terhadap penanaman nilai dan norma pada anak. Kegagalan proses pendidikan dalam
keluarga menyebabkan terjadinya penyimpangan.
· Labelling.
Faktor pelabelan pertama kali di ungkapkan oleh Edwin M. Lemert dalam teori
pelabelan. Menurutnya seseorang melakukan perilaku menyimpang diberi cap (label
negatif) oleh masyarakat.
2. bentuk
perilaku menyimpang siswa SMAN 3 TEGAL di lingkungan sekolah ?
Di pagi hari ketika bel
masuk sudah berbunyi, hampir setiap hari masih banyak siswa yang belum sampai
di sekolah, dengan kata lain banyak siswa yang terlambat. Sehingga tempat
parkiran terlihat berantakan karena siswa yang terlambat tersebut meletakkan
kendaraanya dari arah berlawanan jadi siswa tersebut hanya sembarangan
meletakkan.
Ketika KBM berlangsung,
banyak siswa yang berkeliaran terutama pada saat jam pelajaran kosong. Adapula
siswa yang tanpa sepengetahuan guru menggunakan ponsel, dan menyalahgunakan
laptop untuk membuka situs yang kurang penting. Hal ini menyebabkan banyak siswa
yang tidak mengerjakan tugas karena siswa tersebut tidak memperhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pada saat jam pelajaran terakhir adalah
jam kosong, siswa berkeliaran pulang sebelum bel pulang berbunyi.
Saat upacara berlangsung,
beberapa siswa atau peserta upacara tidak hidmat dalam mengikuti upacara
bendera yang sedang berlangsung. Sehingga menyebabkan keributan saat pembina
upacara berbicara. Adapula beberapa siswa yang terlihat tidak menggunakan
atribut upacara lengkap, seperti dasi maupun topi.
Penyimpangan lain yang
terjadi ada hubungannya dengan kedisiplinan. Misalnya, sebagian siswa laki-laki
berpakaian kurang rapi dari mulai pakaian yang keluar, rambut yang memanjang
dan sepatu yang berwarna selain hitam. Dan jika diperhatikan lebih banyak siswa
yang lebih memilih berduduk duduk santai di kantin atau diteras kelas
dibandingkan pergi membaca di perpustakaan. Dari mushola juga bisa dilihat,
bahwa alat sholat terlihat kurang rapi atau berantakan dikarenakan banyak siswi
yang tidak merapikan kembali mukenah yang telah digunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan
yang telah kami lakukan,
kami telah menyimpulkan
bahwa hampir semua siswa di SMA Negeri 3 Tegal pernah melakukan penyimpangan
baik yang bersifat sederhana maupun bersifat berlebihan atau keterlaluan. Dalam
hal ini guru ikut berperan penting untuk membantu siswa mengendalikan
penyimpangan yang terjadi di sekolah dengan memberikan bimbingan konseling
maupun melaui bantuan bimbingan orang tua, sehingga dapat mengurangi gangguan
serta dampak negatif yang suatu saat akan menimbukan suatu yang fatal dan
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Siswa – siswi melakukan hal menyimpang didapat
dari beberapa faktor. Baik dari dalam maupun luar. Mereka cenderung tidak
perduli dengan resiko yang akan mereka terima. Hal ini menyebabkan
peraturan-peraturan di sekolah seringkali terabaikan. Mungkin karena mereka
merasa dikekang untuk melaksanakan perintah. Sebagian dari mereka mungkin salah
mengartikan arti peraturan. Dimana seharusnya peraturan dibentuk untuk
menertibkan dan membentuk siswa yang disiplin, justru berfikir bahwa
peraturan dibuat untuk dilanggar. Ini bisa dikatakan semboyan para
siswa yang sering melakukan penyimpangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik tanpa gangguan sesuai dengan tujuan tanpa
kendala kami menyarankan :
a. Bagi
siswa, diharapkan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga
tujuan pembelajara dapat dicapai.
b. Bagi
guru, diharapkan dapat membimbing siswa-siswi untuk menghindari kegiatan atau
perilaku menyimpang dengan perlahan. Mungkin dengan memahami alas an terjadinya
perilaku menyimpang dan kemudian memberikan nasehat tentang dampak negative
dari perilakunya.
c. Bagi
penjaga sekolah, diharapkan tetap menjaga gerbang sekolah sebelum bel pulang
berbunyi. Dan jika ada siswa yang berniat untuk keluar fotokopi, bisa ijin
kepada guru pengajar dan lapor kepada security sekolah.
d. Bagi
pemilik kantin untuk mengurangi makanan yang dimasak dipagi hari atau ketika
KBM berlangsung. Bagi sebagian siswa, hal ini sangat mengganggu.